Friday, May 8, 2020

KECERDASAN FINANSIAL DASAR 1

Sebenarnya jauh lebih penting memiliki kecerdasan finansial yang bagus dibandingkan memiliki ilmu mencari uang yang bagus. Apalagi kalau punya dua duanya. Sayang hanya sedikit orang yang bisa punya dua duanya. Fakta di dunia menunjukkan, mereka yang hanya memiliki kemampuan mencari uang yang sangat bagus pun pada akhirnya kalah jauh dengan mereka yang cerdas finansial atau pandai mengelola uang, meskipun kemampuan cari uangnya pas pasan. Bayangkan jika seseorang bisa memiliki kemampuan mencari uang yang prima dan sekaligus memiliki kecerdasan uang yang prima pula

Itulah yang saya harapkan akan terjadi pada anggota Building The Dream yang mau mengikuti ke 3 tahapannya : 

  1. Tahap persiapan di grup WA Building The Dream. Mempelajari kecerdasan finansial, menaikkan plafon rejeki, jaringan dan sistem bisnis, people skill, mental block, SEFT dll, serta mendengarkan audio hipnoterapi dream penghasilan pasif 100 juta sebanyak 21x, 
  2. Tahap lanjutan dengan mencari inspirasi dan visi dari mereka yang berpenghasilan pasif 100 juta keatas (grup WA Program Lanjutan). 
  3. Memilih sendiri bisnis dan investasi yang baik untuk keluarganya
Meskipun demikian, rumus 90 : 10 di bidang keuangan seperti yang disampaikan Robert T Kiyosaki dalam buku Guide to Invest tetap akan berlaku. Hanya 10 persen anggota yang nantinya benar benar bisa berhasil seperti yang diharapkan, dan memiliki 90% uang yang beredar di anggota Building The Dream. Semoga itu Anda !!


MASALAH

Di seluruh dunia, pendidikan formal ditujukan untuk mendapatkan tenaga tenaga terampil yang nantinya akan bekerja di pemerintahan dan swasta. Bahkan pendidikan bisnispun bukan melatih mereka untuk berbisnis sendiri. Tetapi melatih mereka untuk menjalankan bisnis orang lain. Alias menjadi pegawai.

Dengan kata lain, kita hanya diajari cara mendapatkan uang. Cara yang diajarkan pun hanyalah sebagian saja. Yaitu hanya 1/10 dari cara seperti yang dikatakan Nabi saya. Beliau mengatakan bahwa 9 dari 10 pintu rejeki ada di bisnis (perdagangan). Bayangkan dampaknya, kita hanya diajari 10% dari jalan yang ada. Ditambah lagi tidak diajari bagaimana mengatur keuangannya setelah diperoleh. Kira kira parah apa tidak akibatnya ?. Bahkan kalau diajari ke 10 cara itu tanpa diajari mengatur uangnya saja hasilnya masih mengecewakan. Apalagi hanya diajari 1/10 cara ?

Di Indonesia lebih parah lagi, di jaman Belanda, kaum pribumi menempati posisi yang tidak mencari uang, yaitu pejabat dan tani tukang. Sampai hari ini cita cita sebagian besar masyarakat Indonesia adalah menjadi pejabat (pemerintah atau swasta). Pengusaha hanya sebagai pelarian saja, dengan harapan nanti bisa menjadi pejabat, atau anaknya yang menjadi pejabat. 

Sejak dahulu tidak ada satupun baik sekolah formal maupun informal yang mengajarkan bagaimana cara mengatur uang. Tetapi sekarang ada yaitu tempat dimana saya mempelajari semua ini. Sayangnya hanya sebagian saja yang bisa saya tularkan ke Anda. Selebihnya Anda perlu menggali sendiri ditempat saya belajar itu. Karena saya sendiripun belum lulus.


FAKTA YANG TERJADI

Ini akibat pengajaran “salah fokus” yang terjadi di seluruh dunia : 
  1. Bahkan di Amerika Serikat, negara yang paling kaya di dunia dan dianggap kemakmurannya merata, hanya 1% penduduknya yang bisa kaya. 4% mandiri secara keuangan, sedang selebihnya kalau tidak meninggal, harus bekerja terus sampai mati atau sebagian besar yaitu 54% hidupnya tergantung orang lain. Saya sendiri kalau tidak merubah arah, setelah usia 65 tahun ya masih harus bekerja mencari nafkah. Nanti setelah benar benar tidak kuat, akan hidup tergantung pihak lain, yaitu pensiunan pemerintah dan bantuan anak anak. 
  2. Di Indonesia pernah diteliti oleh majalah Swa. Profesional berpenghasilan besar seperti dokter, pengacara, notaris, direktur dll, 80% akan jatuh miskin di usia tua. Bayangkan, mereka orang-orang yang seumur hidupnya mendapatkan penghasilan besar. Mereka orang orang yang bisa mengumpulkan uang banyak. Toh akhirnya sebagian besar jatuh miskin. 
  3. Di Amerika, 90% pemenang lotre diatas 250 ribu dollar, akan jatuh miskin lagi 3 tahun setelah menang lotere. Umumnya mereka tidak tahu kemana uang mereka pergi. Coba teliti lagi, apakah Anda tahu kemana saja uang yang Anda peroleh itu pergi ? Sudah berapa lama Anda bekerja dan berapa yang diperoleh dan berapa yang ada sekarang ? Saya yakin Anda tidak menemukan kemana uang itu ?.

Itulah 3 fakta yang menunjukkan bahwa KECERDASAN FINANSIAL KITA RATA RATA MASIH RENDAH.


MANFAAT KECERDASAN FINANSIAL 

Jika Anda cerdas finansial, maka yang terjadi adalah : 
  1. Anda tidak mengejar penghasilan besar. Anda justru akan mencari penghasilan penghasilan kecil. Bahkan sesuatu yang awalnya tidak menghasilkan. Dengan begitu Anda akan hanya sedikit mendapat saingan. Karena sebagian besar mereka yang tidak cerdas finansial, akan mencari penghasilan yang besar, cepat dan aman / tanpa resiko. Para penipu pun siap menangkap mereka. Ken Kesey mengatakan :"Rahasia untuk menjadi penipu yang hebat adalah mengetahui apa yang diinginkan calon kurbannya dan meyakinkan padanya bahwa ia akan memperoleh yang diidamkannya". Karena semua senang sesuatu yang sebenarnya tidak ada yaitu penghasilan besar, cepat dan aman, maka diciptakanlah hal yang tidak mungkin itu menjadi seolah olah mungkin. Charles Ponzi tahun 1920 an sudah menciptakan skemanya. Mereka tinggal membungkus nya dengan aneka bungkus yang indah. Pasti akan banyak yang memakan umpannya. Itu tidak akan terjadi pada mereka yang cerdas finansial. Orang yang cerdas finansial akan lari jauh jauh jika mendengar kalimat penghasilan yang besar, cepat, dan aman/tanpa resiko dijadikan satu. Alarm di kepalanya seketika akan membunyikan tanda bahaya. Karena penyatuan itu memang menyalahi aturan dasar investasi dan hukum alam manapun di bidang keuangan. Dibalik itu biasanya ada jebakan batman
  2. Jika cerdas finansial, Anda akan mampu memanfaatkan penghasilan sekarang untuk kesejahteraan anak cucu Anda. Pada sebagian besar orang, penghasilannya hanya berhenti untuk mendukung kesejahteraan dirinya. Itupun seringkali tidak sampai diujung umur. Orang yang cerdas finansial, akan berpikir ulang jika harus bersusah payah membangun sesuatu yang berhenti pada dirinya, yaitu pekerjaan / profesi. Mereka lebih memilih bersusah payah membangun sesuatu yang akan terus menghasilkan uang bagi anak cucunya, yaitu ASET.
  3. Jika memiliki kecerdasan finansial, kehidupan Anda sudah pasti akan lebih tenang dan damai. Anda tidak perlu lagi berlarian mengejar penghasilan besar. Anda bisa berkumpul terus dengan keluarga yang dicintai. Tidak harus berpencaran sampai ke ujung dunia hanya untuk mengejar uang. Karena uang sudah bisa Anda datangkan sendiri ke rumah Anda. Dan Anda bisa bermain sepanjang hari dengan anak. 

Seseorang pernah mengatakan kepada saya, bahwa uang itu mirip ayam liar di halaman. Kita bisa menangkap dan menikmatinya dengan tiga cara : 
  1. Sendirian mengejarnya, capek dan dapat sedikit. Ini persis yang dikerjakan sebagian besar orang saat ini. 
  2. Bekerjasama dengan beberapa teman untuk menangkapnya. Lumayan sedikit lebih baik, meskipun belum terlalu sempurna. 
  3. Mengeluarkan uang dulu untuk membeli pakan dan pagar. Kita pancing uangnya (sorry ayamnya) dengan pakan, kemudian setelah mereka berkumpul dan jinak, kita bangun pagar sekeliling nya. Tiba tiba kita memiliki peternakan ayam (eh sorry . . .uang). Tidak perlu susah payah mengejarnya jika ingin makan ayam.
Orang yang cerdas finansial akan memilih cara yang ketiga. Mereka berani mengeluarkan uang dulu untuk berinvestasi pada aset yang paling berharga yaitu dirinya sendiri. Mereka bersedia membiayai dirinya untuk mendapatkan ilmu yang dibutuhkan. Yaitu ilmu membangun aset. 

Anthoni Robbin meminjam uang neneknya 10.000 dollar untuk bisa ikut seminar yang akhirnya membuat dia berubah dari tukang bersih WC hotel dan sales alat musik menjadi motivator nomor satu di dunia. 

Kalau saya cukup dengan mengantongi ego, Ery Prabowo terpaksa menjual cincin kawinnya untuk ikut leadership seminar di Jakarta, Philip meminjam uang ke pacarnya untuk hal yang sama. Sekarang ketiganya sudah menjadi milyarder. Meskipun tentu tidak semua orang yang hadir di seminar itu dijamin sukses. Tetapi kalau saya tidak hadir saat itu ? . . . . jaraknya tipis sekali antara saya mau hadir dan tidak.


LIMA PERATURAN DASAR KEUANGAN

Ada 5 dasar peraturan keuangan. Sayangnya kita nyaris salah di ke lima limanya. Mungkin Anda tidak demikian, tetapi saya demikian sampai usia 45 an. Ke lima hal itu adalah :

  1. Bisa membedakan aset dan beban : Di sini saja sudah terbolak balik. Yang beban dikatakan aset. Seharusnya menumpuk aset supaya tambah kaya, saya malah menumpuk beban sehingga tambah miskin. 
  2. Mengerti arus uang atau cashflow : Selama bertahun tahun, cashflow saya ternyata lebih banyak cashflownya orang miskin, dan tidak pernah mengalami cashflow orang kaya. Padahal semua orang yang kenal saya, menganggap saya kaya. Termasuk saya sendiri. 
  3. Mengetahui cara menggunakan uang : Dari 3 cara menggunakan uang, saya justru melakukan yang terjelek. Jangan tertawa dulu, karena saya yakin Anda juga melakukan hal yang sama. 
  4. Mengetahui penghasilan aktif dan pasif : Seumur hidup saya dan Anda dilatih untuk mencari UANG YANG SALAH. Kemudian bingung sendiri mengapa semakin tua kerjanya semakin keras ya ?. Lha iyalah, karena jenis uang yang salah yang kita cari. 
  5. Mengetahui definisi kaya dan miskin : Di hal yang paling penting inipun kita tidak tahu. Kita semua ingin kaya, tetapi kita semua salah membuat definisinya. Akibatnya jelas, dari waktu ke waktu bukannya bertambah kaya tetapi justru bertambah miskin. Semakin tua kerjanya semakin keras, yang menunjukkan kita semakin miskin.


HARTA ANDA ASET ATAU BEBAN ?


Banyak yang tidak bisa membedakan aset dan beban. Mereka mengira rumah yang dia tinggali itu aset. Mobil yang dinaiki itu aset. Akibatnya mereka berusaha terus membuat rumahnya lebih bagus dan meningkatkan nilainya. Padahal nilai rumah bukan fisiknya tetapi pada 3 hal yaitu : 

  1. Lokasi 
  2. Lokasi 
  3. Lokasi  

Banyak rumah sebagus istana yang terletak di sekitaran Porong tempat semburan lumpur Lapindo, nyaris tidak ada harganya. Kecuali yang masuk kawasan terdampak karena harus dibeli. Tetapi yang diluar itu ?

Mereka juga terus menambah mobil karena mengira mobil itu aset. Teman teman dokter saya sering dengan bangga mengatakan bahwa mobilnya 5, seperti saya dulu. Padahal mobil adalah beban, karena membuat kita mengeluarkan uang terus. Baik karena pemeliharaan maupun penurunan nilai atau depresiasi.

Dari gambar diatas nampak bahwa rumah yang kita tinggali itu beban, begitu juga mobil yang kita pakai juga beban. Contoh harta berupa aset adalah pabrik, kendaraan niaga, rumah yang dikontrakkan, ternak, bisnis yang dikelola pihak lain dan sebagainya.

Catatan : Bisnis yang kita kelola sendiri bukan aset tetapi pekerjaan. Aset sebenarnya adalah Anda sendiri, karena jatuh bangunnya bisnis tergantung Anda.


DEFINISI ASET DAN BEBAN
















Aset adalah segala sesuatu milik kita yang bisa memasukkan uang secara rutin ke kantong kita. Seperti saham, deposito, surat berharga lain, real estate, kos kosan, bisnis yang diurus orang lain, lahan produktif, ternak dll. 

Beban adalah segala sesuatu yang menyebabkan kita harus mengeluarkan uang. Contoh beban misalnya rumah yang kita tinggali, mobil yang kita pakai. 

Seharusnya aset kita diperbesar dan beban diperkecil (kotak hitam). Tapi yang terjadi justru sebaliknya yaitu beban yang diperbesar dan aset bahkan tidak terpikirkan (kotak abu abu).

Rumah yang kita tinggali adalah beban yang paling besar menyerap potensi kekayaan kita. Semua uang penghasilan kita masuk kesana. Jika seseorang punya uang, tiba tiba saja merasa perlu mengganti lantai rumah, merenovasi dapur, menambah kamar. Yang terpikir adalah KAPAN LAGI ADA KESEMPATAN ?. Ternyata jurus KAPAN LAGI itu berlaku baik pada yang usia 17 tahun sampai yang usia 71 tahun. Kapan lagi ?

Kalau ada orang muda konsultasi, biasanya saya tanya :"Sudah punya rumah atau belum ?". Jika jawabnya belum, saya puji dan saya sarankan jangan beli rumah dulu. Kontrak rumah saja sampai Anda punya penghasilan pasif yang cukup untuk membeli rumah.

Jika menjawab sudah punya rumah, saya sarankan untuk mengontrakkan rumahnya, kemudian uangnya digunakan mengontrak rumah yang nilainya sama. Jika kita tinggal di rumah kontrakan, tidak akan ada keinginan untuk menambah kamar atau mengganti lantai. Uangnya bisa kita investasikan di tempat yang benar.

Tetapi jika Anda bertanya ke orang bank, maka dia akan menjawab dengan tegas bahwa rumah Anda adalah aset, mobil Anda adalah aset. Mereka benar dan tidak sedang membohongi Anda. Yang tidak mereka katakan adalah itu aset siapa ? Itu asetnya bank, krn menghasilkan uang untuk bank. Untuk Anda itu adalah beban. Emas disebut aset jika harganya naik terus.

Robert T Kiyosaki mengatakan bahwa kita bisa mengetahui kondisi keuangan seseorang dengan menanyakan :”Apa harta terbesar Anda ?” Jika dia menjawab harta terbesarnya adalah rumah, maka berarti dia punya masalah keuangan yang besar. 

Yang dimaksud harta disini tentu materi atau yang berhubungan dengan uang. Bukan harta harta diluar itu.

Pengetahuan yang rendah tentang aset dan beban ini, menyebabkan banyak orang tua yang justru membebani si anak sehingga kondisi keuangannya amburadul. Orang tua kelas menengah akan berusaha membelikan anaknya rumah yang sesuai dengan status sosial orang tua. Padahal itu akan sangat memberatkan anak. Uang penghasilan si anak yang belum terbiasa akan terhisap habis di rumah itu

Saya punya kenalan seorang profesor yang dikenal sebagai dokter anak laris di Surabaya. Putranya 3 orang yang semuanya bukan dokter. Ke tiga putra putrinya yang sudah berkeluarga itu dibelikan rumah dan mobil satu satu. Karena secara keuangan tidak memungkinkan, ayahnya yang menanggung beban rumah dan mobil itu, mulai pajak sampai listrik. Jadi, diusia 60 tahun saat itu, beliau merawat 5 rumah dan 5 mobil. Untuk bisa memenuhi itu semua, beliau praktek 6 hari seminggu pagi dan malam. Terkadang sampai jam 1 malam, sedang jam 5 pagi pasien sudah antri.

Ketika saya ajak hadir ke Leadership Seminar, saya melihat matanya berkaca kaca ketika mengatakan ini :”Kok aku lagek saiki dik ndelok sing ngene iki. Kok nggak mbiyen mbiyen ?” (Mengapa baru sekarang dik saya melihat yang seperti ini. Mengapa tidak sejak dulu ?). Persis seperti yang saya katakan ke anak saya 2 tahun sebelumnya. Ketika dia berhasil memaksa saya hadir di Leadership Seminar setelah 2 bulan berusaha. Sampai hari ini saya merasa berterimakasih kepada Adi karena usahanya itu. Orang lain pasti tidak saya hiraukan.


TIGA MACAM ARUS KAS 

 
Untuk bisa melihat apakah Anda orang miskin, orang kelas menengah atau orang kaya, tidak bisa hanya dengan melihat jumlah penghasilannya. Yang lebih penting adalah dari mana uang itu berasal dan kemana mereka pergi. Arus uang itulah yang menentukan apakah Anda ini orang kaya atau orang miskin. Orang berpenghasilan ratusan juta bisa saja orang miskin jika cashflow nya menunjukkan cashflow orang miskin. 

Ada 3 macam arus kas yaitu : 
  1.  Arus kas nya orang miskin, 
  2. Arus kasnya orang kelas menengah 
  3. Arus kas nya orang kaya. 

Berapapun jumlah penghasilan Anda, jika arus kas Anda merupakan arus kas orang miskin, maka Anda ya disebut orang miskin. Memiliki tingkat stress seperti orang miskin dan selalu merasa kekurangan uang. Jika arus kas Anda merupakan arus kas kelas menengah, maka Anda adalah kelas menengah yang sering juga merasa stress. Begitu juga arus kas orang kaya hanya dimiliki orang kaya yang umumnya bebas stress

Kalau Anda ingin menjadi orang kaya, maka jadikanlah arus kas Anda menjadi arus kasnya orang kaya. Cuma itu caranya, bukan dengan bersusah payah menciptakan strategi untuk mencari penghasilan besar. Penghasilan besar tidak bisa membuat Anda kaya. Yang bisa membuat Anda kaya adalah kalau memiliki sumber penghasilan yang besar.

Kecerdasan Finansial Dasar – dr. Sigit Setyawadi, SpOG

No comments:

Post a Comment