Thursday, March 26, 2020

CARA MENINGKATKAN PLAFON REJEKI 1

PENDAHULUAN

Di dunia ini, banyak orang yang seumur hidupnya bekerja jungkir balik, hanya untuk bertahan hidup saja. Ada yang bertahan hidup mewah, ada yang sederhana, bahkan banyak yang amat sangat sederhana. Kita bekerja untuk hidup dan hidup untuk bekerja.

Disisi lain, ada orang orang yang begitu menikmati kehidupannya. Mereka tidak perlu bekerja mencari uang lagi, hidupnya digunakan untuk lebih memperhatikan orang lain. Atau dengan istilah lain, mereka orang yang sudah selesai dengan dirinya. Umumnya mereka orang orang yang sudah bebas finansial dan bebas waktu.

Dalam program bimbingan menuju kebebasan finansialdan kebebasan waktu lewat WA ini, ada 3 tahap :

1. Tahap persiapan : Di grup WA Building The Dream. Kita belajar tentang kecerdasan finansial, plafon rejeki, membangun jaringan, mengenal berbagai bisnis, people skill, SEFT, Hooponopono dll. Praktek yang dilakukan adalah mendengarkan 2 audio hipnoterapi penghasilan pasif 100 juta sebulan untuk meningkatkan plafon rejeki dengan cepat.

2. Tahap Internalisasi : Mereka yang sudah mendengarkan audio 21x, dipindah ke grup WA Program Lanjutan. Disana plafon rejekinya diperkuat dengan cara berkumpul dengan mereka yang sudah mendapat penghasilan pasif 100 juta sebulan. Caranya dengan mengikuti seminar yg direkomendasikan dan mendengarkan CD CD.

3. Setelah memahami semua aspek keuangan dan bisnis, plafon rejeki dan kecerdasan finansialnya naik. Anda juga mendapat inspirasi dan visi dari mereka yang sudah bebas finansial, Anda akan tahu sendiri bisnis atau investasi apa yang baik untuk masa depan keluarga Anda. Silahkan action.

Materi Cara Meningkatkan Plafon Rejeki ini adalah materi pertama dari 3 materi Kebebasan Finansial, yaitu :
1. Cara meningkatkan plafon rejeki.
2. Kecerdasan Finansial Dasar
3. Membangun Jaringan dan sistem bisnis

TRANSFORMASI PRIBADI

Sejak saya lulus FK Unair tahun 1980 kemudian dinas di Kerek Kab Tuban, Montong, spesialisasi di Surabaya, dinas di Pacitan kemudian Malang / Batu, saya adalah orang yang oleh orang lain dianggap kaya dan juga aman.

Kemudian mulailah drama itu. Seorang ibu paro baya datang ke rumah menawarkan buku anak anak tentang alam. Sambil melayani pembelian saya beliau cerita bahwa dulu suaminya dokter, kemudian meninggal dan anak anak masih membutuhkan dana. Itulah kehidupan, begitu pikir saya.

Beberapa hari kemudian, datang lagi ibu lain yang menawarkan asuransi. Ibu tadi cerita bahwa sewaktu muda beliau agen asuransi, kemudian menikah dengan dokter dan berhenti bekerja. Sekarang suaminya meninggal dan beliau kembali menekuni profesinya yang lama.

Saya mulai berpikir :”Mengapa ya para janda dokter ini kok harus bekerja lagi ? Mestinya kan sudah bisa duduk manis menikmati peninggalan suami ?”. Belum juga mengendap pikiran itu, di rumah sakit saya menjumpai lagi seorang janda dokter. Di ruang bidan, duduk ibu ibu usia 70 an sedang membagikan baju ke para bidan untuk di kredit. Kepala ruangan memperkenalkan saya :”Dok dok, ini kenalkan bu dokter .. . . “. Waduh . . . . janda dokter lagi ??
Saya mulai berpikir :”Kalau satu janda dokter mungkin kebetulan. Tetapi 3 janda dokter dipertemukan saya, pasti ada “pesan dari langit” yang perlu saya cermati”

Sorenya, saat duduk di Gazebo, tiba tiba terbuka pikiran saya. Kondisi saya saat itu sama persis dengan kondisi ibu ibu tadi ketika suaminya masih hidup. Tahun 1997 itu usia saya 43 tahun, hidup mewah dan menjadi satu satunya sumber keuangan keluarga. Jika saya meninggal, nasib isteri saya pasti tidak akan jauh berbeda dengan ibu ibu tadi, harus mencari nafkah. Saya yang tadinya merasa penghasilan nya aman, tiba tiba saja merasa terancam.

Tetapi saya masih bingung, mengapa seorang dokter yang sudah puluhan tahun praktek, ketika meninggal, isterinya harus bekerja lagi ?. Pertanyaan itu baru terjawab 3 tahun kemudian. Tahun 2000, 2 buku Robert T Kiyosaki terbit di Indonesia, yaitu Rich Dad Poor Dad dan Cashflow Quadrant. Disana saya baru tahu tentang penghasilan aktif, pasif, aset, beban. Disitu saya sadar bahwa kondisi saya ini sebenarnya miskin sekali. Jika suatu saat saya berhenti mencari nafkah, maka ekonomi keluarga saya akan berantakan dan isteri atau anak harus bekerja mencari nafkah.

Januari 2003 saya belajar MATERIALISASI (penerapan LOA sekarang) ke pak Haris Suhyar di perguruan Sirnagalih di Jakarta. Saya melakukan materialisasi meminta penghasilan pasif karena itulah satu satunya yang saya belum punya. Selama berbulan bulan saya melakukan dan akhirnya saya lupakan. Tetapi tanpa saya sadari, perjalanan hidup saya diarahkan kesana. Saya di paksa anak hadir di Leadership Seminar, disana saya lihat jenis kehidupan yang nyaris tidak pernah bisa saya bayangkan. Ada orang bekerja hanya sementara kemudian seumur hidupnya bisa menikmati hasil kerjanya tadi.. Itu sesuatu yang tidak masuk akal bagi saya. Menurut saya, untuk bisa hidup nyaman ya harus bekerja keras. Inspirasi yang saya dapatkan di Leadership Seminar itu yang mampu mengubahnya. Akhirnya saya setuju menjalankan bisnisnya dan ikut pendidikannya, Kurang dari dua tahun sudah mendapat penghasilan pasif yang cukup, saya memutuskan berhenti praktek. Tanggal 17 Agustus 2005, saya menurunkan papan praktek dan merdeka untuk pertamakali nya sejak saya masuk SD tahun 1961 yang lalu.

Pekerjaan saya sekarang menjadi provokator. Setiap bertemu dengan orang saya katakan :”Jangan terlalu lama bekerja mencari uang karena itu percuma saja, cuma akan menghabiskan waktu Anda yang berharga dan hanya sekedar bertahan hidup. Ada yang bertahan dalam hidup mewah, ada yang biasa biasa saja. Sebenarnya Anda cukup 5 – 10 tahun bekerja, ikutlah bimbingan membangun aset. Nanti asetnya akan bisa menggantikan Anda dalam menghasilkan uang. Anda bisa berkumpul lebih sering dengan keluarga dan orang orang yang Anda cintai”.

Setiap ketemu siapapun saya terus berbicara tentang itu. Jangan terlalu lama jadi budaknya uang. Hidupnya diatur oleh uang. Jika kehabisan uang kita bekerja mati matian, jika kelebihan uang kita bermewah mewahan. Hidup naik turun diatur oleh uang. Jadilah majikannya uang atau master of money. Kalau punya uang kita investasikan supaya bisa bertambah banyak. Hidup secukupnya saja, tidak tergantung besarnya penghasilan.

Meningkatkan Plafon Rejeki – dr. Sigit Setyawadi, SpOG


No comments:

Post a Comment